Pada umumnya, struktur beton tidak kuat menahan serangan pengrusakan,
sehingga beton tidak digunakan di lepas pantai karena mahal dan tidak kuat. Maka
dari itu, untuk membuat struktur di lepas pantai, maka digunakanlah baja.
Proses Pembuatan Baja
Bijih besi merupakan bahan utama pembuatan baja. Bijih besi pada umumnya
adalah besi oksida seperti Hematit (Fe2O3), Magnetit (Fe3O4),
Limonit (Fe2O3.XH2O). Besi oksida yang paling
sering digunakan sebagai bahan besi adalah hematit karena kadar besinya
mencapai 60% dan kadar kotorannya relatif rendah. Selanjutnya, hematit
dimasukkan ke dalam blast furnace atau tungku besar untuk melebur biji pada
tahap awal.
Pembuatan Baja
Proses pembuatan baja merupakan proses mengubah besi menjadi besi. Ada 2
cara dalam proses pembuatan baja.
1. Direct Reduction (Reduksi Langsung)
Proses ini mengandalkan gas alam seperti Metana sebagai reduktor bersama
Nikel sebagai katalisnya. Sekitar 20% baja dihasilkan melalui proses ini. Bahan
baku yang digunakan adalah pelet bijih besi dan gas alam.
2. Blast Furnace
Bahan baku untuk gas reduktor karbon dalam proses ini adalah arang atau
batu bara. Sektiar 80% baja dihasilkan melalui proses ini.
Proses Konversi Besi ke Baja
- Masukkan besi kasar cair, steel crap (baja bekas), O2, batu kapur, unsur-unsur paduan seperti Fe-Mn, Fe-Si, Fe-Cr, dan Fe-Ni. O2 untuk mengurangi karbon dan batu kapur digunakan untuk mengikat kotoran menjadi terak. Proses pencairan besi ini dapat dilakukan dengan metoda BOF/BOS maupun EAF.
Proses BOF Proses EAF - Sample diperiksa dengan Spektometer.
- Baja cair dipindahkan ke Ladle.
- Penuangan baja cair dapat dilakukan dengan dua cara yakni bentuk balok baja
(ingot) maupun slab atau billet dengan proses kontinu (continue casting).
Proses Casting
Proses Pembuatan Produk Setengah Jadi
1. Hot Rolling
Ingot, billet dan slab dirol panas (hot rolling) di
tungku pemanas. Proses ini menghasilkan flat product dan long product.
![]() |
Proses Hot Rolling |
- Flat Product : pelat
- Long Product : baja profil, besi beton, dan batang kawat. Long product terdiri dari open section yang terdiri dari I, H, and Chanel Section (berupa UKB, UKC, dan UKPFC) serta Angles (berupa Equal Legs dan Unequal Legs)
Open Section |
2. Cold Rolling
Prosesnya diawali dengan mengubah pelat menjadi
baja lembaran. Kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan untuk melunakkan
dan diakhiri dengan temper rolling untuk “menyetrika”
![]() | |
Proses Cold Rolling |
3. Hot Forging
Digunakan untuk membuat komponen yang berukuran
besar dengan menggunakan metoda tempa panas.
![]() | |
Proses Hot Forging |
4. Hot Tube Piercing
![]() |
Proses Hot Tube Piercing |
Digunakan untuk mendapat Hollow Section. Hollow section
terdiri dari Circullar Hollow Sections, Square Hollow Sections, dan Rectangular
Hollow Section.
Hollow Section |
Dengan proses ini didapatkan pipa seamless. Untuk mengecilkan
diameter pipa berdinding tebal dilakukan dengan proses Hot Tube Rolling. Untuk
membuat pipa dengan diameter lebih kecil lagi, digunakanlah proses Cold Tube
Drawing.
5. Welded Pipe
Welded Pipe dapat dilakukan dengan dua cara yakni longitudinal welded pipe dan spiral welded pipe.- Longitudinal Welded Pipe
Bahan baku: pelat baja hasil hot rolling. Proses pembentukan dilakukan dengan roll forming bertahap. Pengelasan dilakukan dengan las tahanan listrik atau erw (electric resistance welding).Proses Longitudinal Welded Pipe Pipa hasil Longitudinal Welded - Spiral Welded Pipe
Bahan baku pelat baja hasil hot rolling dapat dibentuk menjadi pipa dengan alur spiral. Dengan satu lebar pelat dapat diperoleh pipa dengan berbagai diameter, tergantung pada cetakan dan sudut pemasukan pelat. Pengelasan dilakukan dengan saw (submerged arc welding) atau las busur terendam.
Proses Spiral Welded Pipe Pipa Hasil Spiral Welded Pipe
Klasifikasi dan Standar
Jenis baja dikelompokkan sebagai berikut:
1. Baja Karbon (Plain Carbon Steel)
- Low Carbon Steel : c < 0,25%
- Medium Carbon Steel: c = 0,25 = 0,5%
- High Carbon Steel: c > 0,5%
- Low Carbon Steel : c < 0,25%
- Medium Carbon Steel: c = 0,25 = 0,5%
- High Carbon Steel: c > 0,5%
2. Baja Paduan (Alloy Steel)
- Low Alloy Steel : e unsur-unsur paduan < 8%
- High Alloy Steel: e unsur-unsur paduan > 8%
Standard yang banyak dipakai dalam perdagangan /
industri baja adalah:
AISI : American Iron & Steel Institute
SAE : Society Of Automotive Engineers
ASME :
American Society Of Mechanical Engineers
ASTM : American
Society For Testing And Materials
DIN : Deutsche
Industrie Normen
JIS :
Japanese Industrial Standard.
Klasifikasi standar baja dibuat menurut hal
berikut:
1. Proses Pembuatan (bentuk produk)
2. Kekuatan
3. Komposisi kimia
4. Nomor Standar tanpa pola tertentu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar